8 Hal Pertimbangan Kerja Di Ibu Kota




Dinofenderley.blogspot.com.  -   Sobat Dino simanapun kamu kerja, diluar jawa, di jawa ataupun di Jakarta ataupun kamu yg balum dapat kerja hari ini aku share terkait kerja di jakarta. Kenapa sih kerja di Ibu Kota? Kenapa gk di daerah dekat" rumah aja? Hayooo kenapaaaa...
Nah kenapa sih harus ke DKI Jakarta buat nyari kerjaan padahal karier itu banyak di mana aja, si tempat tinggal kita aja ada banyak lhooo, meskipun gaji gedhe, ataupun ada tantangan sendiri buat kerja di Jakarta tapi gk harus jadi satu- satunya pilihan alrernatif buat kerja lhoo... Nah Sobat Dino berikut alasan kenapa kita gk harus pergi buat cari kerja di Jakarta. Berikut Ulasannya yang telah dirangkum dari hipwee.com.

1. Say Goodbye To " Sarapan Pagi Yang Tenang"
Kerja di Jakarta, jangan harap sarapan pagi yang tenang dan nikmat bisa kamu rasa. Klo mau sarapan anda harus menyisipkan sebelum waktu berangkat karena target berangkat kerja di waktu subuh jika kantormu jauh.




2. Susah cari kos
Perantau pemula di Jakarta biasanya akan memilih daerah kost atau tempat tinggal yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Namun mencari hunian yang bisa begitu dekatnya dengan kantor bukanlah perkara mudah. Biasanya akan ditemui kost yang penuh, tidak sesuai keinginan, atau harga sewanya sangat tinggi. Dikarenakan daerah dipusat kota Jakarta mulai semakin dipenuhi perkantoran, lama-kelamaan perantau akan terlempar ke daerah luar Jakarta. Sebut saja Bekasi atauTangerang. Mereka pun harus melaju jarak tempuh yang sangat lumayan.

3. Transportasi dan Kemacetan
Untuk mengantisipasi agar tidak terlambat dan terjebak macet, mereka akan berangkat di waktu pagi buta. Hal ini tidak berlaku bagi pekerja kantoran saja. Pada waktu pagi buta, kamu juga akan melihat siswa dan siswi yang telah berseragam rapi sembari menunggu angkutan umum langganannya di tepi jalan. Stasiun pun sudah dipenuhi dengan KRL berpenumpangkan pekerja kantoran yang berdandan rapi, ataupun metro mini yang jadi pilihan alternatif untuk berangkat kerja tapi harus waspada juga. Ini bukan hanya perkara macet, tapi juga pengendara roda dua yang kerap seenaknya berlomba dengan kemacetan. Di Jakarta, waktu itu fana. Jarak 1 jam antara satu titik dan lainnya termasuk sebentar karena macet yang merajalela.  Tenang, rumah ke kantor dekat kok! 1 jam sampe!. Kebiasaanmu yang masih bisa bangun pukul 06.00 pagi dan tetap tidak terlambat, kemungkinan akan banyak berubah setelah bekerja di Jakarta.

4. Jam biologismu berubah drastis
Seringkali menghadapi kemacetan dan ditambah lelah menempuh perjalanan yang panjang, membuat kamu rentan kelelahan. Padahal jam istirahat kamu juga terbatas. Tak heran bila kamu menemui orang-orang yang ketiduran justru saat sedang di kantor atau angkutan umum. Tak cuma itu, jam makan bisa jadi ikut molor karena rutinitas. Jam biologismu yang tadinya pukul 13.00 sekarang pukul 14:00. Kamar tidurmu yang tadinya rapi, langsung berubah berantakan. Terbiasa tidur pukul 22.00, sekarang pukul 01.00. Makan siang pukul

12.00, sekarang pukul

5. Weekend Adalah Impian
Jenuh karena selalu terjebak macet dan deadline yang tak pernah habis, rasa lelah dan stresmu pun meroket tinggi. Kamu yang sehari-hari terpaksa tidur kurang dari 8 jam, akan memanfaatkan akhir pekan dan hari libur untuk melunasi hutang tidur. Apabila di hari kerja kamu akan bangun pada waktu subuh, di akhir pekan dan tanggal merah kamu akan bangun pukul 10.00. Yah semoga aja ada sedikit waktu weekend yang menyenangkan setelah siang. Ada pilihan sih, kalau gak ke Mall ke mana yaaaa???.. Hehe

6. Makan is Sehat but Mahal
Makanan 4 sehat 5 sempurna memang sehat. Tapi nasi sayur lauk di pinggir jalan Jakarta ternyata mahal dibandingkan makan ayam cepat saji. Meski udah kena pajak, makan ini masih lebih murah daripada makan di pinggir jalan. Dari kecil kamu sudah biasa mendengar orangtua memintamu untuk sering makan sayur mayur dan minum susu. Kalau nutrisinya bisa dilengkapi sampai 4 sehat 5 sempurna, akan lebih sehat lagi. Sayangnya, hal ini agak sulit dilakukan jika kamu bekerja di Jakarta dan tidak sempat memasak sendiri. Beberapa orang tak jarang menjatuhkan pilihan makan siang atau bahkan sarapannya juga, ke gerai makanan cepat saji. Meski kurang bergizi, namun menyantap nasi dan ayang goreng tepung tidak memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan memesan seporsi capcay. Di samping itu, biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan menyantap nasi, sayur, lauk pauk di tenda pinggir jalan. Kamu bahkan perlu merogoh uang sebesar Rp 18.000,00 untuk seporsi nasi, sayur sup, telur balado, dan sebotol kecil air mineral.
Sedangkan di gerai cepat saji, kamu bisa membeli seporsi makanan dengan harga mulai Rp 5.000,00. Yah klo mau makan nasi sama lauk tempe aja tiap hari gpp sih hehe... "Gizi is tak penuh".

7. Persaingan Terlalu Keras
Di luar kemacetan dan rasa lelah, pekerjaanmu bakal tidak mudah. Lengah sedikit dan jutaan perantau di Jakarta siap mengambil posisimu. Ada banyak perusahaan dan ada banyak pula pekerja/karyawan di Jakarta. Mereka berlomba-lomba menjadikan perusahaannya sebagai perusahaan yang terbaik. Beberapa perusahaan yang sejenis tentunya selalu memperhatikan perkembangan masing-masing kompetitornya. Sebagai seorang pekerja, kamu tentunya hanya bisa menjalankan apa yang atasan inginkan bukan? Apalagi jika kamu bekerja dengan target dan diharuskan mencari pendanaan. Tak sebatas antar perusahaan, persaingan ketat ada juga yang terjadi dengan sesama kawan, maka kamu harus kreatif dan punya keunggulan tersendiri

8. Rindu Tempat Tinggal
Mungkin kamu bisa menemui orang yang demikian di sekitar lingkunganmu. Entah itu tetanggamu, anggota keluargamu, temanmu, kekasihmu, atau kakak angkatanmu. Apa sih yang kurang dari mereka? Posisi bagus, gaji besar, fasilitas berupa rumah, mobil, dan supir pun difasilitasi. Mengapa mereka memilih undur diri dan kembali ke kampung halamannya? Rupanya tidak sesederhana itu problematika mereka. Berbagai keuntungan yang mereka dapatkan dari perusahaan sebelumnya tidak menjamin kebahagiaan mereka. Apalagi jika mereka harus terus-menerus menghadapi kerasnya ibu kota, mereka mungkin lebih memilih kehidupan yang tenang di daerah asalnya. Di mana kehidupan yang sesungguhnya bisa dinikmati secara sempurna. Waktunya pun akan lebih tepat guna setiap hari. Jam-jam untuk diri sendiri dan keluarga lebih maksimal.
Sesungguhnya bekerja di Jakarta bukanlah satu-satunya pilihan. Apabila membicarakan rencana, memang Jakarta menyediakan banyak pilihan untuk penyaluran renjanamu. Namun tak ada salahnya kamu menjajal dan mengembangkan kemampuan kamu di bidang lainnya. Maka usahamu untuk memantaskan diri akan semakin indah. Toh sebenarnya ada banyak kesempatan bekerja di daerah asalmu, tanpa kamu harus bermain sikut-sikutan.

Sumber gambar: semua dari berbagai sumber