Dinofenderley.blogspot.com.
- Sobat Dino simanapun kamu kerja, diluar jawa, di jawa ataupun di
Jakarta ataupun kamu yg balum dapat kerja hari ini aku share terkait
kerja di jakarta. Kenapa sih kerja di Ibu Kota? Kenapa gk di daerah
dekat" rumah aja? Hayooo kenapaaaa...
Nah
kenapa sih harus ke DKI Jakarta buat nyari kerjaan padahal karier itu
banyak di mana aja, si tempat tinggal kita aja ada banyak lhooo,
meskipun gaji gedhe, ataupun ada tantangan sendiri buat kerja di Jakarta
tapi gk harus jadi satu- satunya pilihan alrernatif buat kerja lhoo...
Nah Sobat Dino berikut alasan kenapa kita gk harus pergi buat cari kerja
di Jakarta. Berikut Ulasannya yang telah dirangkum dari
hipwee.com.
1. Say Goodbye To " Sarapan Pagi Yang Tenang"

Kerja
di Jakarta, jangan harap sarapan pagi yang tenang dan nikmat bisa kamu
rasa. Klo mau sarapan anda harus menyisipkan sebelum waktu berangkat
karena target berangkat kerja di waktu subuh jika kantormu jauh.
2. Susah cari kos

Perantau
pemula di Jakarta biasanya akan memilih daerah kost atau tempat tinggal
yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Namun mencari hunian yang bisa
begitu dekatnya dengan kantor bukanlah perkara mudah. Biasanya akan
ditemui kost yang penuh, tidak sesuai keinginan, atau harga sewanya
sangat tinggi. Dikarenakan daerah dipusat kota Jakarta mulai semakin
dipenuhi perkantoran, lama-kelamaan perantau akan terlempar ke daerah
luar Jakarta. Sebut saja Bekasi atauTangerang. Mereka pun harus melaju
jarak tempuh yang sangat lumayan.
3. Transportasi dan Kemacetan

Untuk
mengantisipasi agar tidak terlambat dan terjebak macet, mereka akan
berangkat di waktu pagi buta. Hal ini tidak berlaku bagi pekerja
kantoran saja. Pada waktu pagi buta, kamu juga akan melihat siswa dan
siswi yang telah berseragam rapi sembari menunggu angkutan umum
langganannya di tepi jalan. Stasiun pun sudah dipenuhi dengan KRL
berpenumpangkan pekerja kantoran yang berdandan rapi, ataupun metro mini
yang jadi pilihan alternatif untuk berangkat kerja tapi harus waspada
juga. Ini bukan hanya perkara macet, tapi juga pengendara roda dua yang
kerap seenaknya berlomba dengan kemacetan. Di Jakarta, waktu itu fana.
Jarak 1 jam antara satu titik dan lainnya termasuk sebentar karena macet
yang merajalela. Tenang, rumah ke kantor dekat kok! 1 jam sampe!.
Kebiasaanmu yang masih bisa bangun pukul 06.00 pagi dan tetap tidak
terlambat, kemungkinan akan banyak berubah setelah bekerja di Jakarta.
4. Jam biologismu berubah drastis

Seringkali
menghadapi kemacetan dan ditambah lelah menempuh perjalanan yang
panjang, membuat kamu rentan kelelahan. Padahal jam istirahat kamu juga
terbatas. Tak heran bila kamu menemui orang-orang yang ketiduran justru
saat sedang di kantor atau angkutan umum. Tak cuma itu, jam makan bisa
jadi ikut molor karena rutinitas. Jam biologismu yang tadinya pukul
13.00
sekarang pukul 14:00. Kamar tidurmu yang tadinya rapi, langsung berubah
berantakan. Terbiasa tidur pukul 22.00, sekarang pukul 01.00. Makan
siang pukul
12.00, sekarang pukul
5. Weekend Adalah Impian

Jenuh
karena selalu terjebak macet dan deadline yang tak pernah habis, rasa
lelah dan stresmu pun meroket tinggi. Kamu yang sehari-hari terpaksa
tidur kurang dari 8 jam, akan memanfaatkan akhir pekan dan hari libur
untuk melunasi hutang tidur. Apabila di hari kerja kamu akan bangun pada
waktu subuh, di akhir pekan dan tanggal merah kamu akan bangun pukul
10.00. Yah semoga aja ada sedikit waktu weekend yang menyenangkan
setelah siang. Ada pilihan sih, kalau gak ke Mall ke mana yaaaa???..
Hehe
6. Makan is Sehat but Mahal

Makanan
4 sehat 5 sempurna memang sehat. Tapi nasi sayur lauk di pinggir jalan
Jakarta ternyata mahal dibandingkan makan ayam cepat saji. Meski udah
kena pajak, makan ini masih lebih murah daripada makan di pinggir jalan.
Dari kecil kamu sudah biasa mendengar orangtua memintamu untuk sering
makan sayur mayur dan minum susu. Kalau nutrisinya bisa dilengkapi
sampai 4 sehat 5 sempurna, akan lebih sehat lagi. Sayangnya, hal ini
agak sulit dilakukan jika kamu bekerja di Jakarta dan tidak sempat
memasak sendiri. Beberapa orang tak jarang menjatuhkan pilihan makan
siang atau bahkan sarapannya juga, ke gerai makanan cepat saji. Meski
kurang bergizi, namun menyantap nasi dan ayang goreng tepung tidak
memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan memesan seporsi capcay.
Di samping itu, biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih terjangkau
dibandingkan dengan menyantap nasi, sayur, lauk pauk di tenda pinggir
jalan. Kamu bahkan perlu merogoh uang sebesar Rp
18.000,00 untuk seporsi nasi, sayur sup, telur balado, dan sebotol kecil air mineral.
Sedangkan
di gerai cepat saji, kamu bisa membeli seporsi makanan dengan harga
mulai Rp 5.000,00. Yah klo mau makan nasi sama lauk tempe aja tiap hari
gpp sih hehe... "Gizi is tak penuh".
7. Persaingan Terlalu Keras

Di
luar kemacetan dan rasa lelah, pekerjaanmu bakal tidak mudah. Lengah
sedikit dan jutaan perantau di Jakarta siap mengambil posisimu. Ada
banyak perusahaan dan ada banyak pula pekerja/karyawan di Jakarta.
Mereka berlomba-lomba menjadikan perusahaannya sebagai perusahaan yang
terbaik. Beberapa perusahaan yang sejenis tentunya selalu memperhatikan
perkembangan masing-masing kompetitornya. Sebagai seorang pekerja, kamu
tentunya hanya bisa menjalankan apa yang atasan inginkan bukan? Apalagi
jika kamu bekerja dengan target dan diharuskan mencari pendanaan. Tak
sebatas antar perusahaan, persaingan ketat ada juga yang terjadi dengan
sesama kawan, maka kamu harus kreatif dan punya keunggulan tersendiri
8. Rindu Tempat Tinggal

Mungkin
kamu bisa menemui orang yang demikian di sekitar lingkunganmu. Entah
itu tetanggamu, anggota keluargamu, temanmu, kekasihmu, atau kakak
angkatanmu. Apa sih yang kurang dari mereka? Posisi bagus, gaji besar,
fasilitas berupa rumah, mobil, dan supir pun difasilitasi. Mengapa
mereka memilih undur diri dan kembali ke kampung halamannya? Rupanya
tidak sesederhana itu problematika mereka. Berbagai keuntungan yang
mereka dapatkan dari perusahaan sebelumnya tidak menjamin kebahagiaan
mereka. Apalagi jika mereka harus terus-menerus menghadapi kerasnya ibu
kota, mereka mungkin lebih memilih kehidupan yang tenang di daerah
asalnya. Di mana kehidupan yang sesungguhnya bisa dinikmati secara
sempurna. Waktunya pun akan lebih tepat guna setiap hari. Jam-jam untuk
diri sendiri dan keluarga lebih maksimal.
Sesungguhnya
bekerja di Jakarta bukanlah satu-satunya pilihan. Apabila membicarakan
rencana, memang Jakarta menyediakan banyak pilihan untuk penyaluran
renjanamu. Namun tak ada salahnya kamu menjajal dan mengembangkan
kemampuan kamu di bidang lainnya. Maka usahamu untuk memantaskan diri
akan semakin indah. Toh sebenarnya ada banyak kesempatan bekerja di
daerah asalmu, tanpa kamu harus bermain sikut-sikutan.
Sumber gambar: semua dari berbagai sumber