Dinofenderley.blogspot.com - Sobat Dino yang masih kuliah khususnya di Perikanan , dan khususnya di Universitas Brawijaya yang Terpopuler di Kota Malang Jawa Timur. Ini aku update biar lebih bagusan yang aku posting ini. Ini dulu sengaja aku bikin untuk adik" tingkatku yang lagi praktikum Fisika Dasar di Laboratorium di sana. Nah langsung aja kita bahas dari BAB 1 sampe dengan BAB 5 yaaaa....
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ikan seperti
halnya organisme lain, harus mampu beradaptasi dengan lingkunganya jika ingin
terus bertahan hidup. proses bertahan hidup adalah kemampuan untuk berkembang
biak secara cepat selama hidupnya serta meningkatkan jumlah anak-anaknya.
Faktor keberhasilan kelangsungan hidup dari ikan – ikan tersebut banyak sekali
terutama faktor lingkungan yang harus mereka hadapi sejak kecil dan lemah
sampai menjadi induk yang kuat (Rustidja, 2005).
Menurut
Sumantadinata (1981), fekunditas menunjukan kemampuan induk ikan untuk
menghasilkan anak ikan dalam suatu pemijahan. tingkat keberhasilan suatu
pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan yang dapat hidup terus
terhadap fekunditas. Dengan demikian apabila diperlukan dapat dilakukan
usaha-usaha perbaikan untuk meningkatkan produksi anak ikan. Selain itu
pengetahuan fekunditas berguna pula untuk mempelajari tentang sistematik
dinamika populasi atau produktivitas.
Lele dumbo
merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dipelihara dan dapat tumbuh serta
berkembang dalam media air yang terbatas. Lelel dumbo tidak hanya mampu
mengambil oksigen bebas dari udara dengan alat pernapasan tambahan berupa
selaput labyrinth, tetapi juga toleran terhadap kondisi lingkungan yang tidak
ideal (Puspowardoyo dan Djarijah, 2005).
1.2. Maksud
dan Tujuan
Maksud dari
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah praktikan mengetahui
jumlah produksi telur pada ikan lele.
Tujuan dari
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah agar praktikum mampu
mendemonstrasikan secara makroskopis organ-organ baik secara eksternal maupun
internal, mampu mendapatkan telur ikan, serta mengetahui cara menghitung telur
ikan.
1.3. Waktu
dan Tempat
Praktikum
Biologi Perikanan tentang Fekunditas dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24
April 010, pukul 08.00 – 11.30 WIB. Di stasiun percobaan Budidaya Ikan
Air Tawar, Universitas Brawijaya, Sumber Pasir, Malang.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo (Clarias
gariepinus) merupakan jenis ikan yang termasuk dalam famili Claridae dan
jenis Clarias. Spesies ini merupakan saudara dekat lele lokal yang selama ini
dikenal sehingga ciri - ciri morfologisnya sama. Ikan lele memiliki bentuk
badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang
kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan
tambahan. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,
sedangkan bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Alat pernapasan tambahan
terletak di bagian kepala didalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang
kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk
pohon rimbun yang penu kapiler - kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian
ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut
hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua
pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala
bagian belakang (Najiyati, 1992).
Menurut
Puspowardoyo dan Abbas (2005), lele dumbo memiliki patil yang tidak tajam dan
geriginya tumpul. Sungut lele dumbo relatif lebih panjang dan tampak lebih kuat
daripada lele lokal. Kulit badannya terdapat bercak - bercak kelabu seperti
jamur kulit manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap
kehitaman-hitamn atau kecoklat - coklatan. Lele dumbo memiliki sifat tenang dan
tidak mudah bergerak. Lele dumbo mudah beradatasi dengan lingkunga yang
tergenang air. Parameter kualitas air yang disukai oleh lele dumbo adalah
bersuhu sedang (220C - 250C), keasaman (pH) normal (6,5 -
7,5), kandungan oksigen cukup (< 3 ppm) dan tidak tercemar berat.
Menurut Saanin (1984) dan Simanjuntak (1989) dalam Rustidja (1997), klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Sub
kingdom : Metazoa
Phyllum
: Chordata
Sub phyllum
: Vertebrataa
Sub
class :
Teleostei
Gambar Ikan Lele (Google images,2010)
Ordo   : Ostariophysordei
Sub
Ordo : Siluroidae
Family : Claridae
Family : Claridae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus
Gambar Ikan Lele (Google images,2010)
Menurut
Pillay (1990), Clarias lazera (= gariepinus) dapat dideskripsikan
sebagai hewan omnivora terbaik, makanannya yaitu sayuran, invertebrata air,
ikan kecil, detritus dan lain-lain. Umumnya di udara bebas, ketika konsentrasi
oksigen pada air rendah.
2.2.
Pengertian Fekunditas
Fekunditas
ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan terakhir yang terdapat dalam
ovarium sebelum berlangsung pemijahan. Nikolsky (1963), menamakan fekunditas
yang menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu ikan sebagai “fekunditas
mutlak”, sedangkan jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan disebut
sebagai fekunditas relatif. Fekunditas menunjukkan kemampuan induk ikan untuk
menghasilkan anak ikan dalam suatu poemijaha. Tingkat keberhasilan suatu
pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan yang dapat hidup terus
terhadap fekunditas (Sumantadinata, 1981).
Menurut Feed
Burner (2008), semua telur-telur yang akan dikeluarka pada waktu pemijahan
disebut dengan fekunditas. Dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi
telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi
ikan termasuk waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978),
membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh
induk. Dan menurut Hariati (1990), fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum
dikeluarkan pada waktu ikan memijah.
2.3.
Faktor-faktor yang Mmepengaruhi Fekunditas
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FEKUNDITAS
Menurut Effendie (1997) dalam Hesti dan Ternala (2006), faktor - faktor
yang mempengaruhi fekunditas adalah sebagai berikut:
a. Umur:
sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun lagi,
fekunditasnya relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas
mutlaknya.
b. makanan:
pengaturan fekunditas terbanyak dalam berespon terhadap persediaan makanan
berhubungan dengan telur yang dihasilkan oleh ikan cepat pertumbuhanya , lebh
gemuk dan lebih besar.
c. ikan yang
bentuknya kecil yang kematangan gonad lebih awal serta fekunditasnya tinggi
mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.
Menurut
Tjakrawidjaja dan Haryono (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas
adalah faktor-faktor lingkungan fisik maupun kimia perairan juga diukur
meliputi suhu air, pH, oksigen terlarut, CO2 bebas, alkalinitas,
kesadahan dan kecerahan.
2.4.
Macam-Macam Fekunditas
Menurut
Nikolsky (1963) dalam Sumantadinata (1981), menamakan fekunditas yang
menunjukkan jumlah telur yang dikandung individu ikan sebagai “fekunditas
mutlak”. Sedangkan jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan disebut
sebagai fekunditas relatif.
Menurut
Nikolsky (1969) dalam Wahyuningsih dan Barus (2006), menyatakan bahwa
fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun ini yang akan
dikeluarkan tahun itu pula. Selanjutnya Royce (1972) dalam Wahyuningsih dan
Barus (2006), menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang
dihasikan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur
persatuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewaliki fekunditas
individu kalau tidak dperhatikan berat atau panjang ikan.
Menurut
Hariati (1990), jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah.
Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak.
Fekunditas nisbi yaitu jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan
(Nikolsky, 1963) dan fekunditas total menurut Royce (1992) ialah fekunditas
ikan selama hidupnya.
2.5.
Cara Mendapatkan Telur
Cara
mendapatkan telur menurut Rustidja (2004) antara lain :
a.
Memperoleh telur secara alami
Telur yang
dibuahi secara alami dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
- Mengumpulkan telur dari sarang pemijahan ke sarang buatan pada tempat pemijahan alaminya, contoh ikan pike Perch.
- Meniru kondisi pemijahan alami dalam kolam buatan dengan sarang atau rumput yang bersih sebagai tempat meletakkan telur, memasukkan induk yang siap memijah contoh lele Erope, Pike Perch.
- Membuat lubang buatan dipinggir saluran tempat ikan memijah, seperti ikan magur.
- Membuat wadah buatan dari drum, contoh ikan lele.
- Mengumpulkan rumpun telur, pita telur atau telur dalam busa.
b.
Memperoleh telur secara buatan
Memperoleh
telur secar buatan dapat diperoleh melalui perkawinan dengan perlakuan hormon
dengan teknik sebagai berikut :
- Membuat pemijahan dalam wadah kecil melalui pemberian hormon gonodotropin, seperti lele, ikan Karper Cina, Grey mullets dan sebagainya.
- Melakukan pemijahan didalam wadah kecil atau hapa yang diletakkan dalam tambak melalui pemberian hormon hipofisa ikan seperti Indra Mayor Carps.
Menurut
Darti dan Iwan (2006) dalam Feed Burner (2009), untuk ikan berukuran kecil
seperti Red Finned Shark, bisanya pemijahan dibiarkan hingga telurnya keluar
sendiri. Untuk jenis ikan besar, perlakuan stripping lebih efisien. Pengurutan
dilakukan pada pagi hari dengan cara menekan perut betina secara perlahan dari
arah perut atas kearah kelamin, biasanya setelah diurut telur akan keluar.
Telur yang keluar ditampung dalam wadah seperti mangkok atau piring.
Menurut
Haririati (1990), ada dua cara untuk mendapatkan telur ikan dari induknya :
a.
Pada waktu musim pemijahan atau bila induk ikan dengan telur yang sudah masak
siap untuk dipijahkan, tetapi induk ikan tidak dibunuh, telur ikan dikeluarkan
dari tubuh induknya dengan memberi tekanan yang halus sepanjang tubuhnya
kira-kira dibagian atas perut ke arah lubang urogenital.
b.
Mengambil telur dari ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam
perut ikan yang masih segar atau sudah diawet, dengan perkiraan bahwa
telur-telur ikan itu telah masak. Jadi metode ini ditujukan kepada ikan-ikan
yang sudah mati.
2.6. Cara
Menghitung Telur
Menurut
Effendie (1975) dalam Sumantadinata (1981) fekunditas iakan dapat dihitung
dengan beberapoa cara yaitu : metode jumlah, metode volumetrik, metode
gavimetrik dan metode von Bayer.
-
Metode jumlah dilakukan dengan car menghitung semua telur satu persatu atau
dikenal pula sebagai sensus lengkap. Cara ini merupakan cara yang paling
teliti, tetapi hanya dapat dilakukan untuk ikan-iakn yang telurnya sedikit.
Pada ikan-ikan yang telurnya banyak sekali., metode jumlah tidak efisien karena
terlalu banyak menghabiskan waktu.
-
Metode volumetrik dilaksanakan dengan mengukur volume seluruh telur dengan
teknik pemindahan air. Kemudian ambillah sebagian kecil telur tersebut, ukur
volumenya dan itung jumlah telurnya. Maka fekunditanya adalah :
F
: fekunditas
V
: volume telur seluruhnya
v
: volume sampel sebagian kecil telur
n
: jumlah telur dari sampel telur
(v)
-
Metode gravimetrik atau metode berat dikerjakan seperti metode volumetrik,
tetapi pengukuran volume diganti dengan pengkuran volume diganti dengan
pengukuran berat. Maka fekunditas berdasarkan metoda gravimetrik adalah sebagai
berikut :
F
: fekunditas
W
: berat seluruh telur
w
: berat sampel telur
n
: jumlah telur dari sampel (w)
-
Metode von Bayer dikerjakan dengan cara menghitung garis tengah rata-rata
telur, mengukur volume telur keseluruhan, lalu dibandingan dengan tabel von
Bayer. Garis tengah telur diukur dengan alat mistar berskala inchi atau
milimeter yang dipasang pada kayu bersudut. Sejumlah telur dijajarkan sehingga
membentuk panjang tertentu. Garis tengah rata-rata telur adalah panjang jajaran
telur dibagi dengan jumlah butir telur. Buatlah ulangan paling sedikit tiga
kali.
Menurut
Murtidjo (2005), adapun fekunditas ikan dapat dihitung dengan bebrapa cara
sebagi berikut :
1. Metode jumlah
perhitungan
fekunditas telur dengan metode jumlah dilakukan dengan cara menghitung telur
yang akan dipijahkan satu persatu. Cara ini memang cukup akurat, namun hanya
dapat dilakukan untuk ikan-ikan air tawar yang telurnya relatif sedikit. Untuk
ikan-ikan air tawar yang telurnya banyak, perhitungan fekunditas telur dengan
metode jumlah inio sangat tidak efisien.
2. Metode volumetrik
perhitungan
fekunditas telur dengan metode volumetrik dilakukan dengan cara mengukur volume
seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan iar. Selanjutnya telur
diambil sebagian kecil, diukur vollumenya dan jumlah telur dihitung. Dengaan
bantuan rumus berikut ini, fekunditas telur dapat diketahui :
F
: fekunditas
V
: volume telur seluruhnya
v
: volume sampel sebagian kecil telur
n
: jumlah telur dari sampel telur (v)
3. Metode gravimetrik
Perhitungan
fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan cara mengukur berat
seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air. Selajutnya telur
diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur dihitung. Dengan
bantuan rumus berikut ini, fekunditas telur diketahui :
F
: fekunditas
W
: berat seluruh telur
w
: berat sampel telur
n
: jumlah telur dari sampel (w)
2.7. Cara
Megawetkan Telur
Menurut
Vedder (2008), penyimpanan telur dalam waktu lama tanpa pengawetan dapat
menyebabkan penguapan sehingga bobot telur menurun dan putih menjadi encer.
Telur yang diawetkan dapat memperpanjang daya simpan minimal seminggu tanpa
mengurangi nilai gizi didalamnya.
Menurut
Hariati (1990), pengawetan dapat dilakukan terhaadap ikannya secara utuh atau
terhadap telurnya saja. Bahan pengawet yang dipakai untuk ini antara lain :
a.
Larutan Formalin
Larutan
formalin adalah bahan pengawet yang cukup baik, dimana specimen yang sudah
diawet dengan larutan formalin dapat diganti dengan bahan pengawet alkohol yang
dapat mengawet labih lama. Larutan formalin 10% yang banyak digunakan dalam
bermacam-macam penelitian
b.
Larutan Glison
Larutan
glison baik digunakan didalam enelitian fekunditas, bukan saja mengeraskan
telur tetapi dapat juga melepaskan serta menghancurkan jaringan ovarium.
Larutan ini terdiri dari beberapa bahan yang dicampurkan menjadi satu.
Komposisi larutan glison :
100 ml
alkohol 60%
880 ml air
18 ml asam
asetat glasial
15 ml asam
nitrit
20 gram
merkuri klorida
c.
Cara Pendinginan
Untuk
mencegah kebusukan terhadap telur dalam ovariumnya saja atau telur dalam tubuh
ikan secar utuh mulai dari lapangan sampai laboratorium, telur dan ikan
tersebut harus ditaruh dalam tempat yang beisi es.
2.8. Sifat-sifat
Telur
Menurut
Rustidja (2004), telur memiliki dua tipe yaitu telur non-adhesive dan telur
adhesive.
1.
Telur non-adhesive
Telur
non-adhesive dapat dibedakan berdasarkan beratnya :
a.
telur yang mengapung (memiliki berat jenis lebih ringan dari air)
b.
telur yang mengambang (memiliki berat yang sangat ringan dibandingkan dengan
air)
c.
telur yang semi mengapung (sedikit lebih berat dari air)
d.
telur yang berputar-putar dalam air (memiliki berat jenis yang lebih berat dari
air)
2.
Telur Adhesive
Telur
adhesive memiliki dua tipe :
a. telur melekat pada suatu benda.
b. Telur yang melekat sesamanya, yang membentuk kelompok telur.
a. telur melekat pada suatu benda.
b. Telur yang melekat sesamanya, yang membentuk kelompok telur.
Menurut
Wahyunignsih dan Barus (2006), ada bebrapa sistem dalam mengelompokkan telur
berdasarkan sifat-sifat yaitu :
a. Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telurnya :
1. Oligolechital : telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya.
2. telolechital : telur dengan kuning telur relatif banyak dari olidolechital
3. Makrolechital : telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma
dibagian kutub animanya.
b. Sistem yang berdasarkan jumlah kunign telur namun dikelaskan lebih lanjut
berdasarkan berat jenisnya :
1. Non bougant : telur yang tenggelam kedasar saat dikeluarkan dari induknya.
2. Semi bougant : telur tenggelam kedasar prelahan-lahan, mudah tersangkut dan
umumnya telur berukuran kecil
3. Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat
terapung.
c. Telur dikelompokkan berdasarkan kualitas kulit luarnya :
1. Non-adhesive : telur sama ssekali tidak menempel pada apapun juga.
2. Adhesive : telur bersifat lengket sehingga akan mudah menempel pada
daun.
3. Bertangkai : terdapat sutu bentuk tangkai kecil untuk emenempel telur pada
substrat.
4. Telur berenang : terdapat filamen yang p`njang untuk menempel pada substrat
sehingga membantu telur
terapung sampai tempat yang dapat ditepelinya.
5. Gumpalan lendir : telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan
lendir.
a. Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telurnya :
1. Oligolechital : telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya.
2. telolechital : telur dengan kuning telur relatif banyak dari olidolechital
3. Makrolechital : telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma
dibagian kutub animanya.
b. Sistem yang berdasarkan jumlah kunign telur namun dikelaskan lebih lanjut
berdasarkan berat jenisnya :
1. Non bougant : telur yang tenggelam kedasar saat dikeluarkan dari induknya.
2. Semi bougant : telur tenggelam kedasar prelahan-lahan, mudah tersangkut dan
umumnya telur berukuran kecil
3. Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat
terapung.
c. Telur dikelompokkan berdasarkan kualitas kulit luarnya :
1. Non-adhesive : telur sama ssekali tidak menempel pada apapun juga.
2. Adhesive : telur bersifat lengket sehingga akan mudah menempel pada
daun.
3. Bertangkai : terdapat sutu bentuk tangkai kecil untuk emenempel telur pada
substrat.
4. Telur berenang : terdapat filamen yang p`njang untuk menempel pada substrat
sehingga membantu telur
terapung sampai tempat yang dapat ditepelinya.
5. Gumpalan lendir : telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan
lendir.
2.9. Hubungan
Fekunditas dengan Panjang Berat Ikan
Pada umumnya
terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran berta, panjang, umur dan cara
penjagaan (parental care) serta ukuran butir telur. Semakin berat atau
panjang badan ikan dan semakin tua umurnya maka fekunditasnya semakin tinggi.
Ikan-ikan yang mempunyai kebiasaan tidak menjaga sama sekali telurnya setelah
memijah, biasanya mempunyai fekunditas yang sangat tinggi. Sebaliknya,
ikan-ikan yang menjaga telurnya secara baik fekunditasnya rendah. Mengenai
hubungan ukuran butiran telur dengan fekunditanya, terdapat kecenderungan bahwa
semakin kecil ukuran butiran telur akan semakin tinggi fekunditasnya.
Fekunditasnya juga akan relatif berbeda antara individu-individu meskipun masih
tergolong dalam satu spesies. Pada ikan-ikan yang mempunyai sepasang ovarium,
kemungkinan besar akan terdapat perbedaan jumlah telur yang terdapat pada
ovarium yang sebelah kanan dengan yang sebelah kiri (Sumantadinata, 1981).
Menurut
wahyuningsih dan Barus (2006), hubungan fekunditas dengan panjang berat dan
populasi :
-
Fekunditas dengan panjang
Fekunditas
sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan berat, karena panjang
penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang berkurang dengan
mudah. Seringkali para peneliti memplotkan fekunditas mutlak denganpanjang ikan
dan hubungan it ialah :
F = aLb
Dimana F =
fekunditas, L = panjang ikan, a dan b merupakan konstanta yang didapat dari
data.
-
Fekunditas dengan berat
Penggunaan
penghitungan fekunditas yang dikolerasikan dengan berat yang dituliskan sengan
persamaan :
F = a+bW
Dalam
beberapa hal hsilnya baik, tetapi ternyata bahwa korelasi antara fekunditas
dengan berat adalah tidak linear. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa
berat gonad pada awal pematangan gonad berbeda dengan berat akhir dari
kemaytangan itu karena perkembangan telur yang dikandungnya. Selama dalam
proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan kuning telur yang
berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir mendekati pemijahan.
3. METODOLOGI
3.1. Alat dan
Fungsi
Pada praktikum
Biologi Perikanan tentang Fekunditas alat - alat yang digunakan antara lain :
- Timbangan analitik : untuk menimbang berat tubuh ikan lele dumbo,
memiliki ketelitian 0,01 gram.
- Serbet : untuk memegang ikan , agar ikan tenang saat
diangkat dari air.
- Cawan Petri : untuk telpat telur saat dihitung.
- Section set : untuk membedah ikan lele dumbo.
- Loupe : untuk membantu memperbesar ukuran telur saat
dilakukan perhitungan.
- Beaker glass 500 ml : untuk tempat gonad sementara.
- Gelas ukur : untuk menakar aquades dan sebagai tempat NaCl
fisiologis.
- Mangkok : untuk tempat telur setelah ikan lele dumbo betina di
striping.
- Nampan : untuk tempat alat yang digunakan dan sebagai alas
saat penimbangan berat tubuh ikan.
- Handtally counter : untuk memnghitung telur.
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan sebanyak 1 cc.
- Ember : untuk tempat ikan lele dumbo sebelum dilakukan
pengambilan telur.
- Gelas ukur : untuk mengukur selisih volume Na-fis sebelum dan
sesudah dicampur dengan gonad pada metode volumetrik.
- Timbangan Sartorius : untuk menimbang berat gonad ikan lele dengan
ketelitian 0,0001 gram.
- Timbangan analitik : untuk menimbang berat tubuh ikan lele dumbo,
memiliki ketelitian 0,01 gram.
- Serbet : untuk memegang ikan , agar ikan tenang saat
diangkat dari air.
- Cawan Petri : untuk telpat telur saat dihitung.
- Section set : untuk membedah ikan lele dumbo.
- Loupe : untuk membantu memperbesar ukuran telur saat
dilakukan perhitungan.
- Beaker glass 500 ml : untuk tempat gonad sementara.
- Gelas ukur : untuk menakar aquades dan sebagai tempat NaCl
fisiologis.
- Mangkok : untuk tempat telur setelah ikan lele dumbo betina di
striping.
- Nampan : untuk tempat alat yang digunakan dan sebagai alas
saat penimbangan berat tubuh ikan.
- Handtally counter : untuk memnghitung telur.
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan sebanyak 1 cc.
- Ember : untuk tempat ikan lele dumbo sebelum dilakukan
pengambilan telur.
- Gelas ukur : untuk mengukur selisih volume Na-fis sebelum dan
sesudah dicampur dengan gonad pada metode volumetrik.
- Timbangan Sartorius : untuk menimbang berat gonad ikan lele dengan
ketelitian 0,0001 gram.
3.2. Bahan
dan Fungsi
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang
Fekunditas adalah sebagai berikut :
- Ikan lele dumbo betina (Clarias gariepinus) : sebagai percobaan fekunditas.
- NaCl fisiologi : sebagai larutan yang diamati
volumenya.
- Kertas saring : untuk alas pada saat
penimbangan gonad.
- Air : untuk media hidup sampel.
- Plastik hitam : untuk menutup mangkok
plastik yang berisi telur agar tidak terkena cahaya matahari.
Fekunditas adalah sebagai berikut :
- Ikan lele dumbo betina (Clarias gariepinus) : sebagai percobaan fekunditas.
- NaCl fisiologi : sebagai larutan yang diamati
volumenya.
- Kertas saring : untuk alas pada saat
penimbangan gonad.
- Air : untuk media hidup sampel.
- Plastik hitam : untuk menutup mangkok
plastik yang berisi telur agar tidak terkena cahaya matahari.
-
3.3. Skema
kerja
3.3.1. Pengambilan telur
3.3.1. Pengambilan telur
3.3.2. Menghitung telur
a.
Metode Volumetrik
b.
Metode Grafimetrik
c.
Metode Gabungan (Volumetrik, Gravimetrik dan Jumlah)
4.
PEMBAHASAN
4.1. Analisa
Prosedur
Pada
praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas, langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang digunakan antara
lain timbangan analitik, serbet, cawan petri, section set, loupe, beaker
glass, mangkok, nampan, handtally counter dan pipet tetes. Sedangkan
bahan - bahan yang digunakan antara lain ikan lele betina, tissue, NaCl
Fisiologis dan kertas saring.
Selanjutnya
setelah disiapkan alat dan bahan dilakukan pengambilan telur pada ikan lele
dumbo betina yaitu dengan cara stripping. Cara stripping adalah mengeluarkan
telur ikan dari tubuh induk dengan memberikan tekanan halus sepanjang ujung
perut menuju lubang urogenitalnya. Setelah itu ditambah berat gonad dengan
timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram. Cara stripping ini dilakuakan
agar induk ikan tetap dapat hidup dan dapat melestarikan keturunan. Telur yang
keluar ditampung dalam mangkok agar mudah pendistribusian. Selain itu,
ditimbang berat telurnya dengan menggunakan timbangan analitik yang memiliki
ketelitian 0,01 gram. Dilakukan pengangkatan ovari ikan menggunakan section
set. Pengangkatan ovary ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan telur
yang sudah matang dari induk ikan betina. Kemudian ditimbang lagi ikan lele
betina yang ovarinya telah digunakan sebagai berat akhir (Wt) ikan. Selanjutnya
ditimbang juga ovari ikan yang telah diambil tadi sehingga didapatkan pula
berat gonadnya. Hasil yang telah diperoleh dicatat dala form. Lalu telur yang
telah selesai ditimbang dimasukkan dalam beaker glass yang sudah berisi
larutan Na-Fis sebanyak 400 ml. Selanjutnya diamati kenaikan volumenya.
Kemudian diambil telur tersebut dengan menggunakan pipet tetes yaitu sebanyak 1
ml atau 22 tetes, dan dimasukkan ke dalam cawan petri dan dihitung jumlah telur
dalam cawan petri dengan menggunakan bantuan loupe agar telur kelihatan lebih
besar, sehingga memudahkan dalam menghitung dan dicatat hasilnya.
Selanjutnya
digunakan perhitungan dengan menggunakan metode volumetrik, yaitu dengan
mengisi beaker glass dengan 400 ml Na-fis kemudian dimasukkan telur ke beaker
glass tersebut. Dan dilihat selisih volume beaker glass yang telah
ditambah telur dan telur dan diberi simbol V. Selanjutnya, diambil gonad
sebagian dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi Na-fis.
Kemudian diamati selisih volume ukur dan gonad tanpa gonad. Selanjutnya diberi
simbol v, kemudian dihitung jumlah telur sebagian digunakan handtally
counter, lalu digunakan sebagai nilai x. Selanjutnya setelah diketahui
selisihnya dihitung nilai fekunditasnya menggunakan rumus :
X = x,
V = v
kemudian
dicatat hasilnya.
Selanjutnya
dilakukan perhitungan telur dengan menggunakan metode geometrik, yaitu
mengambil telur atau gonad dari ikan lele dumbo kemudian ditimbang semua gonad
dengan menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,01 gram hasil dari
penimbangan ini digunankan sebagai nilai G. Selanjutnya gonad diambil bagian
dan ditimbang dengan menggunakan timbangan sartorious dengan ketelitian 10-4
dan diberi simbol g. Lalu dihitung semua telur yang telah ditimbang. Setelah
itu dihitung dengan bantuan handtally counter. Hasil dari perhitungan ini
digunakan sebagai nilai x. Setelah semua nilai didapatkan, kemudian dihitung
nilai fekunditasnya dengan menggunakan rumus :
X = x , G
= g
Kemudian
dilakukan perhitungan telur dengan menggunakan metode gabungan (volumetrik,
gravimetrik dan jumlah), yaitu mengambil gonad atau telur dari ikan lelel
dumbo. Kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dengan
ketelitian 0,01 gram. Hasil nilai penimbangan ini digunakan sebagai nilai G.
Selanjutnya diambil gonad sebagian dan gonad sebagian tersebut ditimbang pada
timbangan sartorious dengan ketelitian 0,0001 gram, hasil dari penimbangan ini
digunakan sebagai nilai Q. Selanjutnya gonad dimasukkan ke dalam beaker
glass yang berisi air 10 ml. Volume air ini digunakan sebagai nilai V.
Selanjutnya, diaduk sampia rata dan diambil 1 ml atau 22 tetes dengan
menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke cawan petri. Selanjutnya telur yang
ada pada cawan petri dihitung jumlahnya dengan bantuan handtally counter
agar mudah dalam perhitungannya. Kemudian dihitung nilai fekuditasnya dengan
menggunakan rumus
4.2. Analisa
Hasil
4.2.1. Cara Mendapatkan Telur
Dari hasil
praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas didapatkan berat induk betina
ikan lele dumbo sebelum distripping sebesar 1.292 gram (dihitung sebagai Wb).
Sedangkan panjang total tubuh ikan lele dumbo tidak dilakukan perhitungan. Cara
mendaptkan telur pada ikan lele dilakukan dengan metode stripping. Menurut
Hariati (1990), stripping yaitu telur ikan dikelurkan dari tubuh induknya
dengan member tekanan halus sepanjang tubuh ikan lele dumbo kira - kira bagian
atas perut ke arah lubang urogenital. Mendapatkan telur dengan cara stripping
ini tujuanya yaitu untuk membiarkan ikan lele betina tetap hidup. Dalam
praktikum ini tidak dilakukan pengambilan telur dengan cara pengangkatan ovari
karena metode ini akan membunuh ikan, sehingga induk ikan lele tidak dapat
melestarikan keturunannya. Menurut Hartati (1990), mengambil telur dari ikan
induk dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan yang masih segar
atau diawet dengan perkiraan bahwa telur - telur ikan itu telah masak.
4.2.2. Cara Menghitung Telur
a.
Metode Volumetrik
Pada
praktikum biologi perikanan tentang Fekunditas didapatkan volume gonad utuh
sebesar 163 cc (V), volume gelas ukur yang berisi Na-fis sebanyak 10 cc (v).
Setelah seluruh gonad dimasukkan volume berubah menjadi 10,6 cc. Sehingga
selisih volume gelas ukur + telur adalah sebanyak 0,6 ml dan dihitung sebagai
(v). Kemudian mengambil gonad sebagian sebanyak 296 gram setelah dihitung dan
disebut sebagai x. untuk mendapatkan fekunditasnya digunakan rumus = X : x = V
: v. Dimana X = fekunditas, x = jumlah telur sebagian, V = selisih gonad utuh,
v = selisih gonad sebagian. Menurut Murtidjo (2005), perhitungan fekunditas
telur dengan metode volumetrik dilakukan dilakukan dengan cara mengukur volume
seluruh telur yang dipisahkan dengan teknik pemindahan air selanjutnya telur
dihitung sebagian kecil, diukur volumenya dan jumlah telur dihitung. Dari hasil
praktikum didapatkan perhitungan :
Dari hasil
perhitungan setiap kelompok didapatkan nilai fekunditas pada kelompok 1
sebesar 26.080 butir, pada kelonmpok 2 sebesar 3280 butir, pada kelompok 3
sebesar 86390 butir, pada kelompok 4 sebesar 92.885 butir, pada kelompok 5
sebesar 80.413 butir, pada kelompok 6 sebesar 29.014 butir, pada kelompok 7
sebesar 69.601 butir, pada kelompok 8 sebesar 28.036 butir, pada kelompok 9
sebesar 19.262 butir. Dari perhitungan tersebut diketahui adanya perbedaan
jumlah telur, hal ini dikarenakan dalam pengambilan telur tidak dengan volume
sama. Metode volumetrik dilaksanakan dilakukan dengan cara mengukur volume
seluruh telur dengan teknik pemindahan air. Kemudian diambil sebagian kecil
telur tersebut, ukur volumenya dan dihitung jumlah telurnya (Sumantadinata,
1981).
b.
Metode Gravimetrik
Pada
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas didapatkan berat gonad
keseluruhan (G) sebesar 164,17 gram dan berat gonad sebagian (g) sebesar 0,78
gram. Serta jumlah telur sebagian sebanyak 296 butir. Untuk mencari
fekunditasnya digunakan rumus = X: x = G:g dimana X=fekunditas, x=jumlah telur
sebagian, G=berat gonad utuh, g=berat gonad sebagian.
Menurut
Murtidjo (2005), perhitungan fekunditas telur denganmetode gravimetric
dilakukan dengan cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan
teknik pemindahan cair. Selanjutnya, telur diambil sebagian kecil diukur
beratnya dan jumlah telur. Dari hasil praktikum didapatkan
Dari hasil
perhitungan setiap kelompok didapatkan nilai fekunditas pada kelompok 1 sebesar
70.208 butir, kelompok 2 sebesar 69.002 butir, kelompok 3 sebesar 65.916 butir,
kelompok 4 sebesar 92.885 butir, kelompok 5 sebesar 62.300 butir, kelompok 6
sebesar 73.055 butir, kelompok 7 sebesar 71.531 butir, kelompok 8 sebesar
72,425 butir, dan kelompok 9 sebesar 84.572 butir.
Dari hasil
didapatkan data bahwa nilai fekunditas tidak sama hal ini dikarenakan
pengambilan telur tidak sama.
Menurut
Sumantadinata (1981) Metode gravimetrik atau metode berat dikerjakan seperti
metode volumetrik tetapi pengukuran volume diganti dengan pengukuran berat,
dengan cara menghitung garis tengah rata-rata telur mengukur volume telur
keseluruhan lalu dibandingkan dengan tabel.
c.
Metode Gabungan
Pada
praktikum biologi perikanan tentang fekunditas didapatkan berat gonad utuh
164,17 gram, volume pengenceran 1o cc, jumlah telur tiap cc sebesar 97 butir,
berat telur contoh sebesar 0,73. Untuk mencari fekunditas digunakan rumus
dimana F=fekunditas, G=berat gonad utuh (gram), V=volume pengenceran (m),
X=jumlah telur tiap cc, Q=berat telur contoh (gram). dari hasil praktikum
didapatkan
Dari hasil
perhitungan setiap kelompok didapatkan nilai fekunditas pada kelompok 1 sebesar
216.256 butir, kelompok 2 sebesar 9 butir, kelompok 3 sebesar 112.743 butir,
kelompok 4 sebesar 92.885 butir, kelompok 5 sebesar 218.144 butir, kelompok 6
sebesar 263.482 butir, kelompok 7 sebesar 70.892 butir, kelompok 8 sebesar
15.093 butir, dan kelompok 8 sebesar 150.903 butir.
Perhitungan telur yang paling efisien adalah menggunakan metode gabungan karena
metode ini menggabungkan ketiga metode (langsung, vomumetrik, dan gravimetrik)
sehingga akurasinya lebih tinggi . tetapi perhitungan dengan metode gabungan
lebih baik digunakan pada telur yang jumlahnya banyak. untuk telur yang
jumlahnya sedikit dan berukuran besar sebaiknya menggunakan metode langsung. ikan
lele memiliki fekunditas 33,33% pada pemeliharaan umur 5-6 hari menghasilkan
laju pertumbuhan harian 43,57% (Wartono, 2010).
4.3. Analisa
Produk
Produk yang
digunakan adalah induk betina ikan lele dumbo. Dalam pengambilan telur
dilakukan dengan cara stipping yaitu dengan memberi tekanan halus pada bagian
atas perut sampai lubang urogenitalnya. Metode stipping ini keuntungannya
adalah ikan masih hidup, akan tetapi telur yang digunakan tidak semuanya. Pada
praktikum ini untuk mendapatkan hasil fekunditasnya yang baik dapat berpengaruh
terhadap spesies ikan itu sendiri, umur, spesies, ukuran spesies, status
nutrisi, dan fisiologi.
4.4. Manfaat
di Bidang Perikanan
Pada
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas mempunyai manfaat di bidang
perikanan adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dikeluarkan oleh suatu
induk ikan.
- KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas dapat ditarik kesimpulan :
-
Fekunditas adalah jumlah telur yang terlepas pada sebelum berlangsungnya
pemijahan
-
Faktor-faktor yang mempengaruhifekunditas antara lain :
- berat badan e. cara penjagaan (parental care)
- panjang badan f. makanan
- umur g. Ukuran ikan
- ukuran butir telur h. Kondisi lingkungan
-
Macam-macam fekunditas antara lain :
- fekunditas individu atau mutlak adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu iakn memijah.
- Fekunditas nisbi yaitu jumlah terlur per satuan berat atau panjang ikan.
- Fekunditas total yaitu fekunditas ikan selama hidupnya.
-
Cara mendapatkan telur, yaitu :
- stipping (memberi tekanan yang halus sepanjang tubuh di bagian perut)
- pengangkutan ovari (mengangkat seluruh gonad dari dalam perut ikan).
-
Cara menghitung telur, yaitu :
- metode jumlah
- metode volumetrik
- metode grafimetrik
- metode gabungan
-
Cara mengawetkan telur, yaitu :
- larutan formalin
- larutan glison
- cara pendinginan
-
Sifat-sifat telur antara lain :
- adhesive yaitu telur yang sifatnya tidak melekat di substrat
- non-adhesive yaitu telur yang sifatnya tidak melekat pada substrat.
-
Hubungan fekunditas dengan panjang adalah dengan menggunakan rumus
F = aL3
-
Hubungan fekunditas dengan dengan berat adalah dengan persamaan :
F = a+bW
-
Nai fekunditas atau jumlah telur ikan lel dumbo betina dengan metode volumetrik
adalah sebesar 80.413 butir telur, pada metode gravimetrik adalah sebesar
218.144 butir telur.
5.2
Saran
Dari hasik
praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas diharapkan praktikan lebih
menjalin persahabatan terhadap asisten sehingga dalam sintetis dapat lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M,
2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta
, 2002. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Feed burner,
2008. Pengertian Fekunditas. http://hobiikan.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 20 April 2010, pukul 17.19 wib.
Google
Images, 2010, Gambar ikan lele dumbo. Diakses pada tanggal 20 April
2010, pukul 17.19 wib.
Hariati,
Anik M, 2000. Diktat Pengatar Praktikum Biologi Perikanan, Universitas
Brawijaya
Haetami,
Kiki, Ika Susangaka, Yuli Andriani, 2007. Kenutuhan dan Pola Makanan Ikan
Jambal Siam di Berbagai Tingkat Pemberian Energi Proetein pakan dan Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Murtidjo,
Bambang Agus. 2005. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar.
Kanisius. Yogyakarta.
Puspowardodo,
harsono dan Abbar Siregar Djarijah, 2006, Pembenihan dan Pembehan Ikan
Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta.
Rustidja,
2000. Penggunaan Sinar Laser untuk Mempercepat Kematangan Gonad Ikan Nila.
Universitas Brawijaya. Malang.
Sunarma, Ade
2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.).
Departemen Kelautan dan Periknan. Sukabumi.
Tjakrawidjaja,
A. H.dan Haryono, Saputra, Eka Dharma, 2007. Kebiasaan Makan.
http://balivetman.wordpress.com/2007/11/27/kebiasaan-makan-ikan/ Diakses pada
tanggal 10 April 2010, pukul 10.00 WIB
Wahyuningsih,
Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi.
Universitas Sumatera Utara.
Veeder,
teguh, 2008. Cara Mengawetkan Telur Ikan.
Http.//id.shvoongcom/exact_science/biology/1765352-cara-mengawetkan-telur/.
Diakses pada tanggal 10 April 2010, pukul 00.00 WIB